Rabu, 05 Juli 2017

Pelatih

Dunia olahraga menghasilkan sejarah panjang buat dunia kepelatihan. Hal yang tidak bisa terpisahkan dan selalu beriringan dengan atlet. Cerita tentang keberhasilan seorang atlet baik secara individu atau bagian dari team sampai cerita tentang tentang keterpurukan atlet atau sebuah team,bahkan tidak jarang jadi kambing hitam dari sebuah kekalahan.
Melatih adalah seni. Flash back beberapa tahun ke belakang saat menjadi mahasiswa jurusan kepelatihan olahraga,saat menjadi atlet sampai menjadi Personal Trainer dan Physical Coach sebuah team olahraga,kesimpulan yang didapat dari para Mentor,Dosen sampai para Master Trainer pembelajaran dari kepelatihan adalah tentang mendidik dan melatih. Itulah seni dari melatih,seni menggabungkan ilmu mendidik dan melatih. Tentunya mendidik dan melatih akan menurunkan suatu kemampuan lain yang dibutuhkan seorang pelatih,karena yang dihadapi individu-individu baik secara sendiri atau berkelompok berupa sebuah team. Akan menjadi seni yang sangat komplek menggabungkan ilmu tentang tubuh,psikologi sampe budaya lingkungan yang menjadi latar belakang atlet atau team setempat.
Banyak pelatih hebat yang menghasilkan cerita panjang tentang prestasi atletnya. Tentunya layak dijadikan role model untuk pelatih-pelatih di generasi selanjutnya. Buat saya pribadi selalu terkesan pada Cus D'Amato,pelatih Si Leher Beton Mike Tyson. Cus D'Amato seorang seniman besar di dunia kepelatiham. Melahirkan seorang atlet yang secara sosial sangat tidak mungkin diperhitungkan akan menjadi juara dunia. Dengan sentuhannya seorang Mike Tyson dengan latar belakang kehidupan yang sangat liar menjadi orang yang jinak dengan disiplin tinggi menjadi atlet yang hampir tidak terkalahkan dengan rekor kemenangan yang luar biasa.
Sangat tidak masuk akal seorang Cus D'Amato bila hanya mengandalkan ilmu bertinjunya untuk menjadikan Mike Tyson jadi seorang juara. Sentuhan secara psikologi pada diri Mike Tyson akan sangat dominan digunakan Cus D'Amato di awal membentuk Mike Tyson menjadi seorang petinju.
Sekali lagi melatih merupakan seni yang sangat komplek. Unsur-unsur science dipadukan dengan psikologi dan lingkungan harus benar-benar dirangkai jadi karya yang luar biasa pada seorang atlet atau team.
Seorang pelatih harus bisa membawa atletnya menterjemahkan tehnik dan taktik sekaligus mengedukasi. Karena banyak atlet yang menguasai tehnik dan taktik tapi tidak punya skill untuk mengaplikasikannya dengan baik pada pertandingan. Edukasi yang simple akan lebih muda diterjemahkan oleh atlet dari pada penguasaan tehnik dan taktik yang terkesan punya nilai tinggi tapi atlet gagal menterjemahkannya jadi sebuah skill dalam pertandingan.
Akhirnya saya menyimpulkan pelatih punya perbandingan 50 : 50 antara mendidik dan melatih dengan segala disiplin ilmu yang dikuasai. 100% dari keduanya tergabung dalam sebuah karya seni kepelatihan yang sangat komplek. Karena atlet tidak hanya berjuang untuk prestasi dirinya sendiri atau teamnya,tapi menghibur para penonton yang mendukungnya. Dan pelatihlah sebagai senimannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar